Sabtu, 8 Desember 2012
Saya pun bangun pagi sendiri, sholat subuh, dan ganti baju di dalam rumah Baduy. Setelah itu sarapan roti dan mie gelas lalu kami berangkat menuju ke kampung Baduy Dalam di dalam hutan yang jauh dan lebat. Kami tidak membawa tas-tas berat, hanya membawa jas hujan, roti, dan botol minuman secukupnya. Sebelum ke kampung Baduy Dalam, rombongan kami bersama senior-senior meminta izin dulu ke kepala desa Baduy Luar dan ke satu kampung Baduy Luar lain yang jaraknya beberapa kilometer dari kampung Baduy Luar yang kami tempati terlebih dahulu.
Saya pertama kali merasakan kegiatan hiking ke hutan, mendaki tebing dan menuruni bukit. Saya pun berpikir “waowww..ini pertama kalinya bagi saya”. Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, seluruh kaki aku mulai kotor kena tanah, merasa ngos-ngosan jika menaiki tebing yang terlalu curam sampai membuatku susah bernapas. Ini benar-benar melelahkan. Ini-itu kan pengalaman kepertama kali bagi saya, wah.. benar-benar seperti pencinta alam lagi jalan ke dalam hutan.
Akhirnya sampai di kampung Baduy Luar lain yang ternyata berada di atas tebing, lalu saya duduk sambil berbaring sebentar dan mengatur napas. “ngos-ngosan ini bangetssss”………
Dengan sekuat tenaga saya, akhirnya saya dan teman-teman serta senior-senior akhirnya sampai di asal kampung Baduy Luar. Sesampainya di sana, kami langsung masuk ke dalam rumah, dan minum air putih sebanyak2, yaa.. haus banget.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke kampung Baduy Dalam. Kami menempuh jarak 12 km ke kampung Baduy Dalam, wah.. jauuuh sekali yaa. Saat di perjalanan ke kampung Baduy Dalam, saya jalan hanya memakai alas kaki, tidak memakai sandal. Saya selalu kehausan selama ke perjalanan ke Baduy Dalam.
Selama di perjalanan menuju Baduy Dalam, rombongan kami pun terpisah2, ada beberapa 3-4 orang dalam satu kelompok saja. Saya berjalan paling belakang bersama 2 senior, hahaha (-___-) ya apa boleh buat, saya tidak kuat jalan jauh dan kakiku sering sakit saat menginjak batu-batuan, terpikir menyesal tidak memakai sepatu tebal.
Selama di perjalanan ke Baduy Dalam, kami melewati 4 kampung Baduy Luar, sungai, 2 jembatan gantung yang terbuat dari bambu, bukit naik-turun, tebing yang curam, dan ladang Baduy Luar. Perjalanan panjang ini membuat kami ngos-ngosan banget, istirahat Cuma 5-10 menit, makan roti dan minum beberapa botol minum didapat dari membeli botol minum tiap kampung Baduy Luar yang kami lewati satu per satu dengan uang 50 ribu akhirnya ludes bahkan minum air sungai, hueeeekkkk……..
Akhirnya matahari semakin tinggi dan hawa dingin bercampur panas matahari, kami tiba di kampung Baduy Dalam. Alhamdulillah…. (TT___TT) ternyata perjuangan kami menapaki jalan ke Baduy Dalam tidak sia-sia. Setelah sampai di kampung Baduy Dalam, kami pun terperanjat melihat suasana kampung Baduy Dalam yang sunyi dan rumah Baduy Dalam berbeda dengan rumah Baduy Luar.
Tempat kampung Baduy Dalam yang jarak 12 km dari kampung Baduy Luar di desa Cibolger, untuk mencapai ke tempat Baduy Dalam, harus berjalan kaki sebagaimana seperti kegiatan hiking ke hutan melewati tanjakan yang curam dan terjal, melewati sungai, melewati hutan. Juga melewati rumah kecil buatan orang Baduy itu adalah lumbung digunakan untuk menyimpan padi atau beras dan berbagai kebutuhan pangan. Di kampung Baduy Dalam yang masyarakatnya hidup di dekat tepi sungai dan dikelilingi hutan yang lebat.
Di Baduy Dalam, bentuk dan pondasi rumah panggung sedikit berbeda dengan bentuk dan pondasi rumah panggung Baduy Luar. Di dalam rumah panggung Baduy Dalam hanya ada 2-3 ruangan dan tidak ada kamar mandi, jadi masayarakat Baduy Dalam mandi atau mencuci di sungai.
Kehidupan sehari-hari termasuk kegiatan bekerja di Baduy Dalam masih sederhana atau tradisional, menutup diri dari kebudayaan luar. Pakaian sehari-hari yang dikenakan orang Baduy Dalam, yaitu pada laki-laki memakai baju yang terbuat dari kain tipis tanpa kancing dan kantong yang biasanya berwarna putih atau hitam, mengenakan sehelai kain warna putih polos sebagai ikat kepala, dan memakai kain warna biru bermotif garis-garis vertikal disebut kain aros untuk menutup bagian bawah sebagai sarung serta sehelai kain polos digunakan sebagai ikat pinggang (beubeur) yang mengikat sarung kain aros. Sedangkan wanita Baduy Dalam memakai baju namanya kembem yang tanpa kancing dan kantong berwarna putih atau hitam polos dan memakai sarung sebagai penutup bagian bawah. Masyarakat Baduy Dalam tidak memakai sandal sebagai alas kaki, hanya bertelanjang kaki. Senjata Baduy Dalam bentuknya sederhana.
Saat di kampung Baduy Dalam, kami pun duduk untuk melepas lelah dan minum air putih pemberian orang Baduy Dalam yang kami tempati. Setelah beberapa menit istirahat, saya jalan-jalan di sekeliling kampung Baduy Dalam sambil mengumpulkan data-data tentang Baduy Dalam.
Perutku merasa lapar. Akhirnya saya makan bekal mie rebus yang sudah dibawa sama air panas yang sudah disediakan orang Baduy Dalam. “anget, anget makan mie rebus. Yummy… “.
Saat sedang asyik makan mie rebus dengan wadah mangkok plastik sambil memandangi langit yang terlihat mendung dan hujan turun deras membasahi kampung Baduy Dalam.
Saat sedang asik makan mie rebus dikeliling hawa udara dingin, tiba-tiba ayam-ayam di kampung Baduy Dalam sangat agresif menghampiri saya dan Lima sedang menikmati mie rebus. Kelihatannya ayam-ayam di Baduy Dalam kelaparan, kucing juga. Wahhh…. Beda sekali dengan ayam-ayam di kampungku. Akhirnya saya dan teman-teman pun kerepotan makan mie rebus di saat ayam-ayam terus mengejar kami dan mengharapkan makanan buat ayam-ayam Baduy Dalam. Hehehe
Setelah makan, tiba-tiba saya merasa ingin buang air kecil. Yaa… tapi di Baduy Dalam tidak ada kamar mandi tertutup, Cuma ada sungai. Yaaa… percuma aja apa boleh buat jadi terpaksa buang air kecil di sungai. Fuuuuhhh…. Alhamdulillah tidak kebelelet. Eh, tapi pas selesai itu, saya mondar-mandir liat sekeliling mengawasi siapa yang ngintip. Alhamdulillah tidak ada yang ngintip. Tapi eh, pas selesai trus BYUUURR… hujan derasss. Saya bersama Rahil, Sinthia, dan Nizar berteduh di bawah pondok kecil yang agak dekat dengan sungai, lalu saya berterima kasih kepada mereka yang sudah menemani saya ke sungai. Lega.. terima kasih banyak ya teman-teman.
Tak beberapa lama kemudian setelah hujan reda dan gerimis, kami pun bergegas menuju ke tempat di mana teman-teman kami berada. Beberapa menit kemudian, akhirnya kami bergegas pulang ke asal kampung Baduy Luar. Saya memakai jas hujan kebetulan waktu itu lagi hujan turun.
Selama perjalanan pulang ke asal kampung Baduy Luar. Saya sudah terlalu kelelahan meksipun hanya beberapa jarak tak jauh dari kampung Baduy Dalam. Sama seperti sebelumnya, saya sudah tertinggal di paling belakang (TT___TT) bersama dua senior.
Hari pun semakin sudah sore…semakin malam. Selama di perjalanan kami pulang, kami pun kehujanan, terpeleset kena tanah, kelelahan tak terduga, kehausan, dan kebasahan kena air tanah yang kotor. Wah pengalaman saya ini tak terduga dan menarik sekali.
Waktu itu sudah malam dan hujan masih turun deras sekali. Saya, teman-teman, dan dua senior serta seorang penduduk Baduy Luar menumpang istirahat dulu di salah satu rumah di kampung Baduy Luar yang tinggal satu lagi ke asal kampung Baduy Luar yang sebelumnya di mana kami pertama kali sampai pada hari kepertama.
Setelah beristirahat beberapa menit di salah satu rumah di kampung Baduy Luar. Kami melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda. Suasana malam terlihat gelap membuatku tidak bisa melihat apa-apa, gelap sekaliiii…. Jadi saya dan teman-teman perempuan dipandu sama teman-teman dan senior laki-laki serta beberapa orang Baduy Luar menggunakan senter masing-masing. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada mereka. Terima kasih banyak yaa…
Akhirnya kami sampai di asal kampung Baduy Luar. Saya dan teman-teman langsung menyiapkan baju ganti dan mandi. Saya hanya mandi di rumah Baduy Luar yang kami tempati. Tapi naaass, kamar mandi tidak punya lampu, mengingat di kampung Baduy tidak ada listrik. Akhirnya saya memakai dua senter untuk menyinari di kamar mandi. Alhamdulillah saya selesai mandi dang anti baju. Saya pun sholat isya dulu dan beristirahat. Saya merasakan efek selama perjalanan itu. Badanku remuk, tangan dan kakiku terasa sakit dan nyut-nyutan. Setelah makan malam, kami pun melanjutkan tidur malam. zzzZZZZ…. Betapa lelahnya kami selama perjalanan pergi-pulang ke dari Baduy Dalam, tatapi pengalaman itu sunggu menyenyakan dan takkan kulupakan.
bersambung.....
bersambung.....